Thursday, June 30, 2016
Libido
12:50:00 AM
“TOLOL..!” Emosiku meledak.
Aku berdiri dari sofa lusuhku dan menghampiri seorang anak muda yang berdiri di hadapanku.
Dia tampak sangat ketakutan.. bahkan bisa kulihat kakinya gemetar.
Bagus.
Aku menamparnya dengan sangat keras hingga dia terjatuh.
“Lu setor duit lima rebu, buat APA..!? Lu pake boker aja kaga bisa..!”
Kutarik kerah baju lusuhnya dan memaksanya berdiri.
“Udah gue bilang, jurus pura-pura sakit lo tuh murahan..!
Mana ada orang yang mau beli jam kaya tai gitu ratusan rebu..!? Pake otak, njing..!”
Kudorong si Totok hingga mundur beberapa langkah.
“Ma-maaf, Bang..” Totok menjawab terbata-bata.
“Gue kira dia bakalan ngasih duit yang gedean, perempuan kan biasanya pada baik, Bang..”
“Baik..? Lu pikir dia emak lo, apa..!? Goblok banget punya anak buah kayak elu, Tok..!”
Totok menundukkan pandangannya sambil meremas bajunya,
“Maaf, Bang. Gue kan anak baru di sini.. Tapi, kalo Abang mau, coba aja Abang yang ke sono.
Dia cantik banget, Bang.. kaya bidadari..”
“Ga usah nyuruh-nyuruh gue..! Gue ajarin cara malak orang yang profesional kaya apa.
Lo liatin yang bener..! Ambil ilmunya..! Ga ada lagi gue denger lo pake modus pura-pura HIV lagi..!”
Aku beranjak dari hadapan Totok sambil melepas bajuku. Lalu mencoba mencari pakaian yang sedikit rapi dan mengenakannya..
tak lupa kuambil sweater converse abu-abu khas anak muda di belakang pintu keluar.. dan juga tas selempang yang biasa kupakai untuk kuliah.
Dengan semprotan halus parfum mahal ‘spesial’ di beberapa bagian tubuhku.. aku siap memangsa target favorit buruanku.
Wanita muda yang lagi sendirian.
Tidak butuh waktu lama untuk mencapai tempat yang ditunjuk Totok..
trotoar tempat dia ‘beroperasi’ hanya berjarak sekitar 25 meter dari rumah kontrakanku.
Yah.. sebetulnya tempat itu bisa dibilang sebagai markas juga.
Karena bagian belakang halaman rumah ini kugunakan untuk mengatur segala aktivitas kriminalku.
Belum lagi letaknya yang berada di ujung jalan dan tanpa bangunan lain di sekitarnya..
menjadikan rumah ini sangat cocok dijadikan tempat bersembunyi dari bisnis haramku.
Copet, jambret, hipnotis, penipuan, ngamen, penculikan, perkosaan.
Sebut saja semuanya satu per satu. Hampir pasti semua kegiatan kriminal di daerah ini melibatkanku. Sosok yang disegani di daerah ini.. karena pengaruhnya yang sangat besar dalam segala hal yang tidak menyenangkan.
Tidak ada yang tidak mengenalku di daerah ini. Seorang anak tunggal dari penguasa Tanah Abang.
Kusulut sebatang rokok dan lalu menghisap asapnya dalam-dalam.
Suasana tempat ini selalu sepi pada jam malam seperti ini.
Kalau tidak terpaksa, sepertinya orang-orang akan memilih jalur lain yang lebih terang untuk hanya sekedar lewat.
Kecuali jalan raya di depan sana, sampai kiamat pun sepertinya akan selalu ada mobil yang melintas.
illustrasi
Tidak begitu jauh di depan, aku melihat seorang wanita berparas cantik berpakaian ala wanita karier..
Jilbab lebar membungkus wajahnya yang oval. Persis seperti yang dideskripsikan Totok.
Sepertinya dia sedang menunggu jemputannya, tidak, angkutan kota mungkin lebih tepatnya.
Tidak mungkin seseorang menjemputnya di tempat seperti ini.
Aku tersenyum melihat targetku ternyata lebih menggiurkan daripada yang bisa kubayangkan.
Berbagai macam modus melintas di benakku..
Dan jujur saja.. aku kebingungan memilih-milih cara yang cocok untuk menjerat mangsa yang menggairahkan ini.
Untungnya suasana sekitar sangat mendukung.
Sekilas aku menoleh ke belakang untuk memastikan tidak ada orang. Aman.
Aku mempercepat langkahku ke arah wanita itu dan berhenti sekitar tiga meter di depannya agar dia tidak curiga.
Aku menangkap matanya melirik ke arahku sekilas.
Dengan cepat aku melemparkan senyuman terbaikku. Dia membalasnya sedikit. Cih.
Aku berdiri agak lama, mungkin sekitar 15 menit.
Berpura-pura menunggu angkutan kota dan melihat jam tanganku berulangkali.
Hmm.. aku bisa melihat dari sudut mataku.. wanita itu melakukan hal yang sama.
Tidak salah lagi, dia menunggu angkutan kota yang melintas.
Saat ini aku tertawa terbahak-bahak di dalam hatiku.
Mengetahui bahwa pada jam ini angkutan kota yang melintas sangat jarang sekali.
Kalau pun ada, tidak mungkin ada tempat yang kosong.
Aku menunggu umpan yang akan dilemparkan wanita itu padaku, apapun bentuknya, aku akan menyambut dan memanfaatkannya.
Tidak lama kemudian wanita itu menghela nafasnya sambil berdecak tidak sabar.
Aku tersenyum lagi, dia baru saja memasang umpannya.
Dengan kilat aku memikirkan siasat licikku.
Tidak lupa dengan analisis terbaik dan terburuk yang akan kuhadapi.
Dan saat ini.. hampir pasti aku bisa menjerat wanita itu ke dalam rencanaku.
Tentu saja dia tidak melihat senyumanku.
Tinggal sedikit lagi.
Membungkuk untuk sedikit memijit kedua kakiku yang terasa agak pegal.
Aku juga meregangkan kaki dan tanganku sebentar hingga mengeluarkan bunyi yang khas dari persendian tulangku.
Oh, asal kau tahu, aku melakukannya dengan sebuah tujuan.
Tidak lama kemudian wanita itu mulai memijit kedua kakinya dan membungkuk sedikit ragu-ragu. Berhasil..!.
Tanpa disadari.. dia baru saja melemparkan umpannya padaku.
Dengan senang hati aku akan menangkapnya.
Dasar Bodoh..! Bodoh..! Bodoh..!
Aku menoleh sedikit ke arahnya dan membuka percakapan.
“Dari tadi ya, mbak? Duduk aja. Saya juga pegel nunggu angkot 09, lama banget..”
Wanita itu menatapku dan tersenyum sedikit.
“Oh, nggak kok, Mas.”
Dia menghentikan pijitannya dan berpura-pura membersihkan rok panjangnya yang berwarna gelap.
Aku belum bisa masuk ke zona amannya.. jadi aku berjalan ke arahnya, tidak terlalu dekat.. tidak terlalu jauh..
Aku duduk di sisi trotoar. Menghadap ke jalan raya, tepat di sampingnya.
“Udah, santai aja, Mbak. Saya temenin duduknya di sini. Saya aja pegel, masa mbak nggak..?”
“Eh..”
Wanita itu sedikit kaget.. dan terdiam sekitar 3 menit sebelum akhirnya dia ikut duduk di sampingku.. dengan jarak yang terpaut 1 meter.
Dua hal yang kuanalisis dari keragu-raguannya.
Pertama.. dia takut berdekatan denganku, pria yang bukan muhrimnya.
Kedua.. dia merasa tidak nyaman.
Tapi.. aku yang duduk diam di sampingnya.. secara tidak sadar telah membuatnya merasa lebih aman.
Belum lagi otot kaki dan pinggangnya kurasa sudah tidak bisa meregang lebih lama.. dan kalau bisa mereka ngomong.. mereka telah prots.. berteriak-teriak meminta istirahat dari tadi.
Aku biarkan dia menganalisis diriku sebentar.
Memberinya waktu untuk menyesuaikan diri di situasi yang aneh ini.
Dengan dandanan anak kuliahan seperti ini.. besar kemungkinan dia tidak mencurigaiku.
Didukung dengan parasku yang sama sekali tidak menunjukkan bahwa aku adalah orang yang berbahaya.
Dan jangan lupakan.. parfum berbau halus yang kusemprotkan tadi akan membuat nyaman siapapun yang berada di dekatku.
Terutama wanita.
“Malem-malem gini angkotnya udah susah banget, Mbak..”
Aku menyulut rokokku dan menunggu tanggapannya. Hening. Dia mengacuhkanku.
Brengsek! Wanita congkak..! Hmm.. tunggu, kau..
“Kalau ibu saya ga sakit, ga akan deh saya maen ke sini malem-malem..”
Aku mulai melancarkan serangan tambahan.
Kali ini aku menolehkan wajahku padanya, meminta dia menjawab pernyataanku secara langsung.
“Kalau lagi sakit, kenapa ibunya ditingga..l?” akhirnya wanita itu angkat bicara.
Meskipun dia sama sekali tidak menatapku, Itu sudah lebih dari cukup.
“Besok saya ada ujian pagi-pagi.
Kalau ga pulang ke kosan sekarang.. saya pasti ga bisa ikut ujian besok, Mbak.”
Aku menghisap rokokku dalam-dalam.
“Untungnya di rumah ada adek yang bisa jaga ibu.
Tadi juga saya ke sini ditelepon dia, katanya ibu step lagi..” lanjutku mengintimidasi.
Aku berhasil mencuri sedikit perhatiannya.
Kali ini aku bisa melihat sorotan matanya yang penuh dengan pertanyaan.
“Emang adiknya umur berapa..?” wanita itu berkata dengan intonasi yang dibuat-buat.
Mungkin maksudnya ingin terlihat stay-cool, namun tampaknya tidak berhasil.
“Sembilan tahun. Sekarang dia sendirian jaga ibu.. rumah saya keliatan kok dari belokan di depan..”
Aku menunjuk dengan rokokku ke arah rumah kontrakanku.
“Kasian, dia jadi begadang terus.”
“Sakit apa ibunya?”
“Kanker otak..”
Wanita itu terlihat sedikit tercekat.. dan kurasa sekaranglah saat yang tepat.
Semua persiapan sudah matang.
Hanya tinggal sandiwara penutup.. yang harus ’dilakukan dengan sempurna’.
Handphoneku berdering.. alarm berbunyi nada telepon yang kupasang saat aku menunggu tadi.
Aku berpura-pura kaget sekaligus panik.
Dengan cepat aku merogoh saku depan sweaterku dan mengangkat teleponnya.
“Ada apa, Dek?”
Aku diam sesaat sebelum kemudian membelalakkan mataku.
“Sa-sabar ya, Dek, mas ke sana sekarang, jangan panik..!”
Aku menutup teleponku dan berusaha membuat wajahku terlihat sekacau mungkin.
“Ibu.. meninggal..!”
Aku berlari sekencang mungkin.. meninggalkan wanita itu dengan wajahnya yang keheranan.
Dan bisa kudengar di kejauhan dia memanggilku dengan lantang.
Tentu saja dia memanggilku, karena.. ’aku meninggalkan tas kuliahku’ dengan sengaja di sampingnya.
Inilah yang kusebut pertaruhan yang sebenarnya.
All in!..!
Kalau kalkulasiku benar.. wanita itu akan mengejarku.
Dia tidak akan tega untuk mengacuhkan tas berisi buku kuliah di sisi jalan.
Dan dompet di dalamnya yang berisi uang tiga ratus ribu.. lengkap dengan fotoku.. adalah sebuah alibi, yang akan membuatnya mempercayaiku dan tidak akan mencurigaiku.
Perfect..!
Aku sampai di rumahku.. dengan nafas terengah-engah aku mencari cairan berwarna hijau yang terakhir kuingat terletak di kotak obat.
Aku segera menuangkan cairan pembius berbau menyengat itu ke atas saputanganku.
Chloroform.
Aku bisa merasakan adrenalinku meningkat drastis.
Aku sangat menyukai permainan seperti ini.
Lebih menyenangkan sekaligus menggairahkan..
Saat ini aku tidak ambil pusing jika dia mengambil tasku dan kabur.
Peduli setan..!
Toh anak buahku bisa mengejarnya dengan motor jambretnya.
Aku mengintip melalui kaca ke arah jalan di luar.
Dan seketika perasaanku membuncah bahagia luar biasa..
ketika aku melihat sosok wanita itu menghampiri rumah ini dengan setengah berlari.
Dia menggendong tas kuliahku..!
Aku benar-benar tidak tahan untuk tidak tertawa.
Wanita bodoh..!
Dengan sedikit ragu-ragu wanita itu mulai masuk pekarangan rumahku..
mengucapkan permisi beberapakali sebelum akhirnya melangkahkan kakinya ke dalam rumah ini.
Dan saat itulah aku yang bersembunyi di balik pintu membekapnya dengan sapu tangan berisi obat bius itu tanpa ragu.
Dia meronta, sangat kuat.
Tapi aku yang menguasai keadaan.
Aku yang berkuasa di sini.
Aku yang memainkan permainan ini.
AKU..!
Tidak lama wanita itu lunglai.
Tubuhnya menyerah pada kekuatan obat bius yang terlalu banyak dihisapnya.
Nafasku makin memburu melihat sesosok wanita cantik tergeletak tak berdaya di hadapanku.
Aku menyeret tubuh wanita itu ke dalam kamarku dan mengunci pintunya di belakangku.
Tanpa membuang waktu..
Aku melempar tubuh wanita itu ke atas kasur dan mengikat semua tangan dan kakinya di keempat tiang di pojokan tempat tidur.
Kuambil pisau besar Rambo di atas lemari lalu mulai merobek pakaian wanita itu perlahan-lahan.
Mencoba membuat potongan baju yang hanya ada pada bayangan terliar seorang lelaki yang diburu nafsu..
Kuangkat jilbab birunya.. sekedar meluapkan keingintauan.. seperti apa rambutnya.
Hmm.. Panjang digelung.. tak kusentuh.
Wanita itu mengerang lemah.. sebuah tanda dia akan segera siuman.
Aku duduk di sampingnya, membuka sumpalan di mulutnya dan memandangnya sebentar, lalu mencium bibirnya lama.
Kemudian aku menghirup habis.. setiap aroma keringat bercampur parfum yang sangat khas dari tubuhnya.
--------------
Ketika aku mengusap rambutnya yang hitam, dia terbangun.
Aku mengelus pipinya perlahan.. mencoba membuatnya tenang.
Dia yang baru menyadari situasinya terancam mulai meronta-ronta lebih gila dari sebelumnya.
“LEPASKAN AKU..!” wanita itu berteriak. “TOLONGG..! TOLOOONGG..!”
“Ssstt, jangan berisik ya...”
Dengan perlahan aku menempelkan sisi pisau yang bergerigi di atas bibir mungilnya yang berwarna merah muda.
Aku tidak ingin merusak bibir yang sempurna itu.
“BANGSAT KAMU..!”
Diluar dugaanku, dia mengibaskan kepalanya dengan berani.. dan meludahiku. Tepat di wajahku.
Dia bergidik ketika aku menjilat ludahnya yang menetes ke mulutku.
Saat ini.. semua hal yang dilakukannya hanya akan membuatku semakin bergairah..
Nafsuku memuncak.. ketidakberdayaannya semakin membuatku ingin melumatnya habis.
Aku melepas pakaianku.. lalu duduk di atas pinggangnya..
Kulempar senyum paling anehku.. melihatnya yang terus-menerus berontak..
sambil mengucapkan semua sumpah serapah terkasar yang ada di dunia ini.
“Jangan ngomong kasar dong, Sayang..!”
Aku kembali menempelkan ujung pisauku pada bibirnya.
“BAJINGAN KAMU..! LEPASKAN AKU KALO BERANI.. DASAR BENCONG PENGECUT..!”
Sepintas.. lalu kuperhatikan benar-benar raut mukanya.. wajah wanita yang bergidik..
Seperti menyadari apa yang akan menimpanya.. tapi sama sekali tidak bisa menghindar..
Ia tidak punya waktu untuk menghindar.
Telapak tanganku sudah melayang.. menghajar mukanya yang sebelah kiri.
”AUW..!” Wanita itu tersentak..
Ia menjerit.. lebih banyak karena terkejut daripada karena sakitnya tamparanku.
Kujambak rambutnya yang tertutup jilbab..
Sementara.. tanganku yang lain menarik bagian atas blusnya..
hingga bisa kulihat tonjolan buah dadanya yang bulat besar.
Kuremas-remas sebentar sambil tak lupa kupilin-pilin putingnya yang mungil kemerahan saat aku kembali mengancam,
"DIAM, ATAU KUBUNUH KAU..!" kataku keras.
Wanita yang terlihat semakin hot di penglihatanku itu.. masih berusaha melindungi dirinya dengan mendorong tanganku menjauh.. ketika aku sedang meremas salahsatu gundukan payudara di dadanya.
Dia rupanya gigih juga bertahan.
Geram.. langsung saja kutarik lagi jilbabnya..
kujambak rambutnya yang terikat melingkar di belakang kepalanya.
Wanita itu mengerang kesakitan.. tatapan panik dan ketakutan tampak di matanya yang bulat ketika ia menatap mataku.
"Jangan, jangan..!" teriaknya parau.
Aku tampar dia sekali lagi.. lebih keras dari yang tadi.
Suara jeritannya terdengar merdu sekali di telingaku.. ketika kepalanya terlempar ke samping.. sementara tanganku masih menjambak jilbabnya.. yang kini mulai terlihat kusut dan acak-acakan.
"Jangan berisik..!" Aku menghardiknya.
Jerit kesakitan dan ketakutannya bagaikan musik di telingaku..
"Tutup mulut kamu..!" ancamku.
"Le-lepaskan aku..!"
Sahutnya dengan suara gemetaran karena syok akan kejadian yang tengah menimpanya.
Untuk ukuran orang yang baru mengalami penyiksaan, dia cukup tegar juga.
"Le-lepaskan aku..! Kumohon..!"
Dia mengulangi perintahnya.. kali ini lebih keras.
Aku menggeleng..
Heii.. Tentu saja itu tidak mungkin.
Tubuh telanjangnya telah membiusku.
Lihat.. penisku yang menempel di kulit pahanya sudah ngaceng berat.. masa mau kubiarkan begitu saja. Itu mubazir namanya.
"Tidak..!" wanita itu memekik.
"Mau ngapain kamu..?"
Slepphh..!
Dia terkesiap saat dengan pelan kumasukkan jari tengahku ke liang kemaluannya.. yang terasa hangat dan basah..?
Crepp..crepp..creepp..crepp..
Kukocok sebentar di sana.. sebelum akhirnya kutarik keluar beberapa saat kemudian.
"Ahh..! Lepaskan aku..! Kamu gila..!"
Jeritnya lagi.. dengan tubuh menggelinjang ke kiri dan ke kanan.
Kuremas-remas tonjolan buah dadanya yang bergerak indah..
saat dia terus memberontak.. sambil kujilati jari tengahku yang penuh lelehan cairan kewanitaannya.
Hmm.. rasanya gurih dan nikmat. Aroma dan baunya juga harum sekali..!
Aku menyukainya.
Rupanya dia telaten juga merawat liang kemaluannya.
Tak sabar.. segera kuletakkan batang penisku di mulut gerbang surgawinya.
"Tidak..! Jangan..!" Wanita itu makin meronta dan memohon-mohon padaku.
Dia tidak tahu.. bahwa.. semakin dia memberontak.. semakin pula aku terangsang untuk menyetubuhinya.
"Diam kamu..! Dasar cerewet..!" tukasku dengan sembarangan.
”Heghh..!”
Sekali hentak.. kudorong batang kemaluanku ke depan..
Segera saja.. bonggolan helm penisku menyeruak lepitan rapat daging belah di selangkangannya.
Slephh.. Bless..!
Tak sampai satu detik.. tubuhku sudah menjadi satu dengan tubuhnya.
Alat kelamin kami saling mengisi dan bersentuhan.
Ugh.. rasanya sungguh nikmat sekali..! Hangat dan menjepit.
"Arghh..! Setan kamu..!"
Wanita itu mengumpat.. tapi kudengar ada sedikit nada kegelian dalam suaranya.
Aku yakin.. dia juga menikmatinya.
Segera kugoyang pinggangku secara liar hingga batang kemaluanku mulai mengocok-kocok liang kemaluannya.
Aku menyetubuhinya.
Kuperkosa dia dengan sesuka hati.
"Arghh.. bajingan..! Stop! Hentikan..!"
Semakin dia memaki dan mengumpatku dengan ekspresi judesnya itu..
semakin terangsang aku jadinya.
Kembali kuremas-remas tonjolan buah dadanya yang membulat indah.. sambil kugoyang pinggulku semakin cepat.
Clebb..clebb.. clebb.. clebb.. cleb..!
Penisku menghantam-hantam kerapatan liang hangat kewanitaannya tanpa ampun.
Akan kubuat dia takluk dalam nikmatnya orgasme.. mengakui kejantanan.. dan kenikmatan yang kuberikan padanya.
"Mmmh.. s-sudah..! Jangan..!" dia masih berteriak-teriak memintaku untuk berhenti.
"Diam kamu. Jangan banyak omong..!"
Hardikku cuek.. sembari tetap kuhadiahi lepitan hangat keawanitaannya dengan sodokan-sodokan ritmis kepejalan batang penisku.
Sambil terus memompa liang kemaluannya.. aku menunduk untuk menghisap puting payudaranya yang berwarna pink agak kecoklatan.
Kuhisapi benda mungil menggemaskan itu bergantian.
"Ohh.. shhh..!" rintihnya pilu.. tanpa dia sadari.. tanpa dia maui.
Dia menatapku.. dengan pandangan yang bercampur antara kemarahan dan kegelian yang amat sangat..
akibat rasa nikmat yang ditahan..?
Sejenak aku menghentikan gerakanku.
Kasihan juga aku melihatnya terikat seperti ini.
Dengan menggunakan belati yang tergeletak di pinggir ranjang.. kupotong tali yang mengikat kedua kakinya.
Begitu kedua kakinya terbebas, wanita itu sempat berontak.
Tapi apa dayanya dengan posisi telentang dan tangan masih terikat ke atas kepalanya.
Belum lagi posisiku yang sudah mantap di antara kedua kakinya.. membuat dia hanya bisa meronta-ronta dan kakinya menendang-nendang tanpa hasil.
Aku terus menyetubuhinya.. bahkan kini semakin terasa nikmat karena gerakan menendang-nendangnya.
Crepp.. crebb.. crebb.. crebb..!
"Ahh.. sudah..! Hentikan..! Ampun..! Lepaskan aku..!"
Dia memohon lagi.. tapi kali ini suaranya tidak kasar seperti tadi.. malah mulai terdengar seperti mendesah kegelian.
Nafasnya pun mulai sedikit memburu.
Mungkin wanita itu sadar kalau sia-sia saja melawan, jadi dia mulai berusaha menikmati apa yang aku berikan.
Kusingkap jilbab lebarnya ke atas hingga aku bisa melihat batang lehernya yang mulus dan jenjang..
kujilat lembut di sana hingga ia makin tak mampu menutupi rasa geli dan nikmatnya.
"Adduh..! Sshh.. udah dong..! Hhhh.. sssh.."
Suaranya memohon.. mengiba.. tapi diselingi desahan lirih yang menggairahkan.
Kedua kakinya masih meronta.. menendang-nendang tetapi kian lemah dan pelan.
Tendangannya juga bukan karena memberontak..
Melainkan akibat menahan rasa geli dan nikmat yang kuberikan di sekujur tubuhnya.. kurasa.
Kunaikkan tempo pompaan batang kejantananku di liang kemaluannya..
Seketika.. tubuh wanita itu terjengit.. lalu bergerinyal.. semakin bergetar-getar..
Begitu respon tubuh wanita itu..
setiapkali batang kemaluanku menusuk-menjelujuri dinding liang kemaluannya yang kurasa hangat berulir..
serta kian basah oleh cairan kenikmatannya yang makin membanjir itu.
Kali ini suara desah nafasnya sudah sedemikian berat dan memburu.
"Uhh.. uhh.. sialan kamu..! Aghh.. uhh.. uhh..!"
Wajahnya terlihat semakin memerah, sesekali dia memejamkan matanya.. sehingga kedua alisnya yang tebal seperti bertemu.
Akan tetapi.. tiapkali dia begitu.. atau saat dia merintih nikmat.. selalu wajahnya dipalingkan dariku.
Pasti dia malu kepadaku.
Liang kemaluannya kurasakan mulai mengeras.. seperti memijit batang kemaluanku.
Pantatnya mulai bergerak naik-turun mengimbangi gerakan batang kemaluanku yang bergerak keluar masuk semakin cepat di liang kenikmatannya yang sudah basah total.
Saat itulah aku berbisik, "Gimana, nikmat bukan..?" aku menggodanya.
Tanganku kembali memijiti tonjolan buah dadanya yang bulat besar..
benda itu terasa sedikit kaku sekarang.
Sambil mengatur nafas dan dengan ekspresi yang sengaja dibuat serius.. wanita itu berkata, "Tidak.. ba-bajingan kamu..!"
Suaranya dibuat setegas mungkin..
Tapi matanya yang sudah sangat sayu itu tidak dapat berbohong.. kalau dia sangat menikmati perbuatanku.
"Masa..?"
Godaku lagi.. sambil terus menggerakkan pinggul.. menyetir batang kemaluanku mejelajah.. menggerus keluar-masuk di liang kemaluannya yang terasa semakin basah dan membanjir.
Tampak dia ingin menjawab dengan wajahnya yang merah padam karena peluh..
nafasnya yang berat terasa menerpa wajahku.. tapi dia tidak jadi membuka mulutnya.
Yang ada dia malah mendesah.. dan merintih semakin keras saat kugenjot pinggulku semakin cepat.
"Hssh.. hh.. hh..” kakinya melingkar di kulit pahaku, seperti ingin meminta lebih dan lebih.
Aku tersenyum saat melihatnya.. dia sudah benar-benar jatuh ke dalam pelukanku
–seperti korban-korbanku yang lain selama ini–
Terus kuhujamkan batang kemaluanku ke liang kemaluannya.. semakin lama semakin keras dan dalam.. hingga..
”Ughh.. hhh.. hghh...”
Kusaksikan penuh nikmat.. wanita itu dengan gugup berusaha menarik nafas panjang.. dan menggigit bibir bawahnya.. berusaha mengendalikan nafasnya yang sudah sangat berat dan ngos-ngosan.
Pantatnya yang bulat mulai bergerak turun-naik.. kini bagai mengimbangi genjotanku di atas tubuh sintalnya yang sudah mengkilat pasrah.. ia sama sekali tak sanggup untuk menghentikannya.
Di dalam liang kemaluannya.. juga kurasa semakin berdenyut kencang.. berkedutan-menggerumus dan seperti menggigit kuat batang kemaluanku.
Ouw.. rupanya dia sudah hampir orgasme. Lagi..?
"Gimana.. nikmat bukan..!?" Kata-kataku membuatnya tak mampu berpura-pura lagi.
Mukanya mendadak memerah padam dan dengan setengah tersipu dia berbisik,
"Ah, setan kamu..! Uhh.. uhh.. tapi iya.. memang enak ba.. ughh..!"
”Heghh..!”
Belum selesai ia berkata.. dengan tiba-tiba kuhenyakkan batang kejantananku..
Lalu langsung kembali menggenjot liang kewanitaannya.. hingga ia kembali melenguh panjang.
Rupanya perasaan malunya telah ditelan oleh kenikmatan yang kuberikan kepadanya.
"Ah iya.. iya.. terus.. mmh.. aah..!"
Dia kini tanpa sungkan-sungkan lagi mengekspresikan kenikmatannya.
Selama 15 menit berikutnya kami masih bertempur sengit. Seperti berlomba untuk saling menundukkan.
Tigakali dia orgasme.. kurasa.
Dan yang terakhir.. betul-betul dahsyat karena hampir bersamaan dengan saat aku ejakulasi.
Dengusan lirih kian keras terdengar.. setiap tubuh bagian bawahku menghantami selangkangannya..
Pinggulnya seperti membalas tekanan kejantananku di liang nikmatnya.. berkali-kali.
Ia memutar.. melonjak-lonjak.. menjelma bagai irama musik indah di telingaku.. seperti menandai..
dimulainya pengejaran kenikmatan saat mendaki puncak nikmat. Ekstasenya. Entah yang keberapa.
Who Knows..!?
“Nghh.. ughh..ughh.. ughhh..”
Keluhannya terdengar.. dibarengi dengan tubuh yang gemulai menggelepar..bak segera mendekati puncak kenikmatannya.
Dengan pinggulnya kian bergerak dahsyat.. maju menyentak.. seperti menyambut hentak kejantananku.
Menyentak ke belakang.. tegang. Menyentak ke depan..
“Sssshhh..ssshhh.. Nghh..ngghhh..!”
Dibarengi keluhan panjang setengah mengedan..
Wanita itu menghempaskan dirinya di puncak nikmat.. terbang ke awang-awang..
Segera kudekap.. tubuh yang tengah terkejang-terkejang itu..
sembari mencengkeram dengan kasar sebagian pinggul dan bokong telanjangnya..
Lalu.. dengan sekuat tenaga kugoyang pinggulku dalam gerakan bergetar-getar.. cepat.
Ahh.. mungkin hanya perlu beberapakali lagi sodokan penisku di liang kewanitaannya..
untuk kembali mengantarkannya pada nikmat tubuh yang mengejang.. mengejat-kejat di bawah tindihanku..
Wanita itu tersentak.. tubuhnya melenting.. melengkung serupa busur ke belakang..
dengan kepala mendongak ke atas dan bibir terbuka..
Bersamaan dengan itu.. kutekankan pejal batang kejantananku sedalam-dalamnya..
setandas-tandasnya.. hingga serasa mentok di pintu rahim.. jauh di dalam lubuk liang hangat menjepit nikmat.
“Arghhhh..!”
”Heghh..!”
Crett.. crett.. crett.. crett..!
Spermaku menyemprot kencang di liang vaginanya..
Bertemu dengan semburan-semburan cairan kenikmatannya.. yang telah begitu basah dan hangat.
Tersungging senyum puas di wajahku.
Senyum penuh kemenangan.
Ah, sungguh hari yang sempurna.
Aku merasa seakan-akan dipenuhi energi yang luar biasa.. sehingga sanggup untuk menyetubuhinya tigakali lagi.
PEMERKOSAAN
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment